Selasa, 21 November 2017

Media sosial dan Gejala gangguan Jiwa pada remaja


Hidup dalam dinamika sosial modern ini memang penuh dengan banyak sekali pilihan menyangkut pola hidup.
untuk menjaga eksistensi sosial dengan lingkungan berbagai inovasi bermunculan dengan tujuan mempermudah akses dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Dalam dunia maya atau internet, aplikasi sosial ibarat dunia tersendiri atau sebuah panggung yang diciptakan khusus untuk seseorang saja,dimana peghuninya bisa mengatur sendiri segala hal yang dia ingin orang lain
Lihat entah terhadap kepribadian maupun kehidupannya sehari-hari
Usia remaja adalah saat dimana banyak jenis hormon dalam tubuh manusia bereaksi lebih cepat hingga kadang tak terkendali, fluktuatif naik dan turun,inilah masa pubertas yang tidak stabil.

Keberadaan media sosial saat ini tak lepas mempengaruhi sifat remaja "Zaman Now" yang cenderung penasaran dan sangat mudah terpengaruh oleh hype sesaat yang berasal dari media sosial
Tujuan awal media sosial yang tadinya adalah mempermudah akses komunikasi antar manusia perlahan bergeser menjadi aksi teater tunggal siapapun
Yang hidup didalamnya dan netizen sebagai penontonnya.

.

1.Gila Perhatian

A: "Wahh follower gw udah hampir 1k nehh"
B:" Yang like Foto gw hampir lebih banyak dari list temen donk..."
C:"Ahh biasa aja...status gw dshare sampe jadi viral men"

.....Akhirnya mereka bertiga jambak"an sampe koma :p

Disaat anda berdiri dipanggung yang bisa diperlihatkan ke seluruh dunia
Tentu anda akan tampil dengan aksi terbaik demi mendapat respon positif.
Kurang lebih itulah yang dilihat sebagian remaja tentang medsos saat ini. masalahnya mereka terkadang tak bisa membedakan tepuk tangan dan lemparan botol yang diarahkan audience ke arah mereka. Yang mereka tahu ketika ada banyak notofikasi,like,comment, share,view,message,subscribe
artinya mereka terkenal,popular atau penting atau setidaknya itulah mereka pikir.mereka tidak tahu persis apakah yang merespon itu benar memberi reaksi positif atau sekedar penasaran,kasihan tidak adanya penilaian secara langsung membuat mereka berpikir semua reaksi itu adalah standar kepopuleran.
Sebagai contoh seorang remaja wanita beranggapan ketika dia memajang foto selfie dengan pakaian tertutup jumlah reaksinya tidak sebanyak saat pakaiannya sedikit terbuka.
Walhasil dengan pemikiran sempit dan penelitian kurang ilmiah itu timelinenya dipenuhi oleh gambar pribadinya yang banyak menampilkan kesukaan para pengikutnya.
Baginya semua reaksi yg didapat bagaikan sumber energi tambahan selain makanan.
Dia tidak tahu atau tidak peduli jika yg bereaksi sebenarnya hanya senang karna nafsu terpenuhi karna melihatnya dan menganggap yang berkomentar negatif hanyalah orang iri yang memasuki sesuatu yang tak patut dicampurinya.
Popularity memicu perhatian yang bagi sebagian remaja adalah candu.
Semakin banyak dan luas tingkat kepopuleran yang didapat seorang remaja makin sulit baginya mengontrol, hingga cenderung melakukan hal yang dianggap negatif oleh norma masyarakat.
Beberapa contoh jalan pintas mencari perhatian yang tidak diimbangi kontrol diri dan etika yang berujung negatif dari hasil pengamatan saya diantaranya:

(1).Mempermainkan agama dengan sholat telanjang,sambil berjoget,menginjak kitab suci dan perbuatan berlawanan dengan norma agama sering menjadi tindakan konyol demi popularitas yang sudah banyak dilakukan saat ini. Kurangnya pemahaman agama,etika dan moral membuat mereka meremehkan resikonya terutama buat kita dinegara yang mengadopsi adat ketimuran ini
Miris Gan!

(2).Melukai diri sendiri
Ini yang masih cukup sering terlihat ditimeline saya,biasanya dengan menggores lengan hingga berdarah kadang diselingi kreatifitas mengukir nama seseorang disertai caption tentang betapa dia sedang merana. well tujuannya menggambarkan kepada dunia bahwa rasa sakit yang terukir itu tak lebih dahsyat dari sakit yang terukir dalam hatinya...owchhh hope the world care about...

(3).Pamer kesehatan yang memburuk.
Untuk ukuran standar mungkin hanya membuat status "lagi masuk angin" "Flu"... "Duhhh korengan kaga sembuh" neh guys"
Tapi ditingkat extrem radikal yang saya temui biasanya menampilkan foto pribadinya sedang terlilit selang infusan, mimisan (iya...lagi kek gitu masih sempet foto lho),sedang berbaring diranjang rumah sakit,close up foto perban,kompresan bahkan tergores pisau saat motong bawang pun sempat diabadikan untuk dibagi keseluruh dunia...hello...
tapi jangan salah cara yang satu ini Juga menjangkiti kalangan elit pejabat lho, jadi cara ini berlaku di semua kelas dan gak norak" banget
Tapi kesehatan bukanlah ajang Yang harus dipamerkan, itu harusnya adalah area pribadi yang tak perlu orang lain cicipi,kasihan mereka yang peduli pada anda akan sangat membebani perasaan mereka sesungguhnya yang tidak anda tahu.

(4) Pamer musibah
Alkisah dua orang ababil naek motor matic,berhembuslah angin laut yang membuat mereka nyungsep diselokan. bukannya nyebut,nyari pembalut atau seenggaknya betulin posisi motor yang terbalik posisi pala sama buntut mereka malah ngambil smartphone yang jelas berguna banget kalo dipake buat nelpon ambulan tapi malah mereka buka aplikasi kamera ambil beberapa gambar dilokasi kejadian yang potensial mengundang pertanyaan sekelas wartawan magang, termasuk berapa gambar lecet, memar,bocor (prioritas yang deket wajah) klik share IG kasih caption detail kejadian dengan beberapa emot sedih...then
Notif.


"Itu kenapa bisa gitu?"
"Kejadiannya dimana?"
"Kasian...hati-hati makanya"
"Gws ya :( "

Barulah mereka melanjutkan perjalanan

Bagi sebagian orang musibah adalah petaka yang ingin dihindari tapi bagi mahluk seperti diatas musibah itu ibarat buah persik dimusim gugur entah apa hubungannya tapi bagi mereka itu adalah bait yang sangat luar biasa untuk mendapat banyak reaksi netizen...dan mereka cukup bahagia karna itu, makanya harus diupdate secepat mereka dapat musibah kalau perlu on time

(5). Cerita Ironi
Yang Ini sebenernya saya sendiri masih melakukan lho, tapi demi keobjektifan pandangan ilmiah,akan tetap saya tulis meski didera perasaan malu yang hakiki....(ini juga sudah cukup ironis sebenernya)

"Pacaran bertahun-tahun ternyata doi malah tekdung lalala sama sodara sendiri,padahal gw dah beli cincin dan rencana bawa ortu bulan depan,juga udah jual sawah buat beliin Quota dia tiap bulan...ahh Ragunan"
Like:560 Share:347k comment:635
Screenshot ...share ...viral...diundang ke acara putih hitam,terkenal, ikut syuting, bikin lagu...The End

Ironi itu adalah makanan paling enak bagi sebagian netizen. reaksinya cukup cepat dan beragam, bereaksi peduli adalah sifat sebagian besar masyarakat dunia maya. tapi dengan cara yang salah apalagi mengumbar Aib keluarga,teman tetangga demi mendapat "its okay,you're gonna be fine-" dari masalah yg kita hadapi adalah cara yang salah. akan lebih baik jika punya satu teman curhat untuk menumpahkan semua kekesalan kita.
Mungkin kita bisa dapat simpati dari banyak orang tapi akan ada kebencian yg mengarah pada titik lain.terutama dari Netizen terhadap orang yg menyakiti anda sedang mereka tidak tahu apa-apa.

Oke itu dulu sebagian Pembahasan mengenai sosial media dan gangguan jiwa pada remaja. Tentu akan dilanjut dalam postingan lain karna keterbatasan kata dan waktu.juga sambil mengumpulkan materi terbaru tentunya...

banyak sisi negatif dari berkembangnya media sosial,
efek samping terbanyak tentu dialami oleh penggunanya yang sebagian besar remaja itu.
Fenomena ini juga telah menjadi sorotan dan diteliti oleh banyak lembaga dunia.
Lantas kenapa belum ada penanganan berarti sejauh ini menyangkut efek negatif yang ditimbulkan media sosial?

Sebab ditahun 2000 keatas ini adalah generasi pertama yang terjangkit oleh keindahan "sosmed"
Sebelum era millenial ini menyampaikan pesan adalah hal yang memakan banyak waktu dan biaya
Tidak adanya peluang menyampaikan hal yang Tak penting membuat prosesnya terkesan formal dan monoton.
Keberagaman media komunikasi dan perkembanggannya saat Ini menjadikan penelitian sekarang hanya mencakup gejala negatif saja dibanding mencari solusi.
dikarnakan selalu ada perubahan drastis dalam gaya ber-sosmed yang begitu cepat berubah dan belum mampu diikuti oleh
berkembangnya aspek penelitian.
Tapi tentu ada beberapa point yang bisa dijadikan dasar penilaian terhadap dampak negatif yang ditimbulkan berkaitan dengan psikologi manusia.


To Be Continued